Di pemberitaan media, semakin sering kita dengar kabar soal pejabat yang terbukti korupsi. Bukan saja kerja individu, penggerogotan uang rakyat juga banyak terbukti dilakukan secara kolektif alias berjemaah. Ada lagi contoh kecil dan terdekat. Baru-baru ini semua pelajar baru saja libur semester yang sebelumnya menutup akhir semester dengan ulangan akhir semester, apakah ujian dilakukan dengan jujur??
Terlepas dari itu semua menanamkan nilai-nilai kejujuran sejak dini merupakan tugas kita selaku orang tua, walau kita tidak sepenuhnya jujur, namun usaha untuk berlaku jujur merupakan bentuk pengabdian kita kepada ‘AL-MU’MIN” (Yang Maha Jujur) yakni Allah SWT. Prinsipnya, bila kita mengakui bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan kita, maka menjadikan prilaku jujur sebagai ‘habitual action’ akan bernilai ibadah. Belajar untuk jujur memang tidak mudah, namun dengan membiasakan diri untuk berlaku jujur mampu menepis semua kesulitan itu.
Guna menciptkan budaya jujur, maka TKIT & SDIT Al-Marjan membangun sebuah kantin kecil yang berukuran 2,5 m x 4 meter. Kantin ini diberi nama “kantin kejujuran” yang pada hakikatkatnya mengajarkan kepada anak akan arti kejujuran. Kantin ini secara resmi beroprasi pada 28 Januari 2011 yang semua produknya disupplay oleh salah satu perusahaan makanan ringan terkenal di Indonesia.
Memang tak terdengar asing ditelinga kita bila mendengar istilah “kantin kejujuran”, karena kantin tersebut dicetuskan oleh institusi pendidikan beberapa tahun ini guna melatih siswa berprilaku jujur, kantin ini dibiarkan terbuka, tanpa dijaga, bagi yang ingin berbelanja, ambil barang dan bayar sendiri. Kenyataannya, di media massa memberitakan bahwa kantin tersebut 99 persen dinyatakan “bangkrut”.
Maka timbul pertanyaan dibenak kita?? Apa yang salah dengan kejujuran kita. Sudahkah keluarga (selaku unit terkecil), lingkungan dan sekolah telah memaksimalkan fungsinya untuk mencetak generasi yang jujur. Sembari menjawab semua itu, marilah kita sama-sama mengupayakan terciptanya budaya jujur.
Nah, dengan adanya kantin di lingkungan TKIT dan SDIT Al-Marjan, maka diharapakn dapat dijadikan sebagai wadah untuk mempraktekan nilai-nilai kejujuran yang telah di ajarkan di kelas. Walaupun kantin kejujuran tidak dapat dijadikan pedoman baku bahwa seseorag telah berprilaku jujur. Tepat dalam membayar, tepat dalam mengambil kembalian, sesuai antara yang dibayar dengan yang diambil adalah contoh penerapan nilai-nilai kejujuran.
Selain menumbuhkan nilai-nilai kejujuran, bagi anak-anak TK, dapat dijadikan media dalam memperkenalkan kepada mereka akan nilai mata uang, karena mereka masih bayak belum tahu berapa nilai uang yang ada di tangannya. Dan kantin ini bisa dianggap sebagai laboratorium matematika karena semuanya berhubungan dengan pengurangan dan penjumlahan dalam kehidupan nyata. Guna menghindari kerugian akibat salah bayar, maka kantin kejujuran ini dijaga. Bagi siswa SDIT yang telah mengenal uang, seperti berapa kembalian yang harus diambil, maka penjagaan tidak perlu diperketat namun pengawasan terus ada.
Diharapkan kantin ini akan terus berjalan, dan nilai-nilai kejujuran membudaya di lingkungan sekolah dan keluraga. Namun semua itu akan terwujud bila ada kerjasama yang baik antara sekolah dan keluarga karena apapun yang diajarkan di sekolah menjadi hambar bila tidak pula diterapkan di lingkungan keluarga.(ijul)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. sebelum meninggalkan blog ini, sudilah kiranya memberikan sedikit komentar anda, guna memberi inspirasi kepada kami untuk memperbaiki halaman ini.
Sebelumnya kami ucapkan terima kasih.
(admin:ijul)